Cerita Cantik Kita

15/01/2010 11:33

 

Seperti kepompong dan kupu-kupu, begitulah cerita cantik kita adiku-ku sayang, apa kau masih ingat ketika dulu kita masih kanak-kanak, bocah kecil yang cerewet, banyak laku, juga terkadang lucu dan menggemaskan. Semua waktu keseharian kita hanya habis dengan bermain dan gembira, dan mungkin terkadang ada sikap kita yang “menyusahkan”, membuat  “jengkel” orang tua, karena tidak turut nasehat beliau. Mungkin kita lebih banyak bermain ketimbang belajar atau membantu orang tua.

Tapi itulah kita dahulu, beranjak dewasa kita mulai berpikir “egois” terhadap segala keinginan kita, terkadang juga tak pernah mau mengerti keadaan orang tua, kita hanya tau “kita adalah anaknya” yang harus dipenuhi segala kebutuhannya.

Kini semua masa itu telah lewat, kau tau adiku kini bukan lagi anak kecil yang pantas untuk merengek minta dibelikan permen atau es. Tapi kini kita yang harus mulai berpikir bagaimana membelikan bunda segenggam gandum, secangkir gula, segelas susu dan bahkan bagaimana cara kita untuk membawa beliau pergi memunaikan rukun islam terakhir kita “naik haji”, pernahkah kamu terpikirkan itu??

Apa kamu sudah terpikir tentang itu kita ini adalah seekor kepompong yang sedang belajar bertawadhu, sabar dalam perjuangan hidup kita agar kelak kita memiliki sebuah bekal untuk menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan disukai banyak orang.

Pernahkah terlintas dibenakmu hal itu adikku, apa yang kini kita telah berikan buat bunda?, pernahkah kamu juga berpikir apa yang dulu sudah kita berikan buat ayah?  Kita memang tidak boleh menyesali sebuah takdir yang sudah tersurat untuk kita lalui, tapi kita bisa berbuat untuk merubah takdir yang akan kita lalui menjadi sebuah keindahan hidup, seperti kupu-kupu tadi jika kita ingin tampil cantik dan mempesona, maka kita pun harus kuat dengan ujian dalam fase kepompong. Lalu sudahkah kita berjuang untuk tampil cantik seperti kupu-kupu??

Adiku- tersayang, aku ingin sekali kebahagian kita saat ini tidak hanya kita rasa di sini tapi kelak kehidupan abadi pun kita dapat berbagi kebahagiaan, khususnya dengan ayah kita, masih ingatkah kamu adiku sayang, bagaimana ayah berjuang untuk kita?? Tiap tetes peluhnya menjadi daging kita, tiap langkah ikhlas dalam juangnya menjadi darah kita saat ini. Ayah ku yang tak pernah kenal kata lelah dan menyerah. Pengorbanan hidupnya hanya untuk buah hatinya tercinta. Aku dan kamu, tapi kini beliau sedikit pun tak dapat merasakan buah manis hasil perjuangannya dulu, bahkan kita pun belum sempat memberi senyum bangga padanya, apa yang kita miliki kini adalah buah hasil juangnya dulu. Tapi ku tetap yakin beliau di sana pun kini tersenyum bangga pada kita.

Kini yang ada bunda kita yang sudah mulai memasuki usia tuanya, ingin kuberikan setetes bahagia ini untuknya juga bagian yang seharusnya dulu kita berikan pada ayah, bagaimana jika kita berikan pada bunda saat ini,,,, kita bahagiakan bunda, kita buat dia tersenyum bangga, kita buat dia tertawa bahagia. Dengan kita menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan mempesona semua orang, karena bunda adalah harta kita paling berharga kini.

 

—————

Back